![]() |
حُبُّ الْمَدِيْنَةِ وَبَرَكَتُهَا
Bismillahirrahmanirrahim
Sejak sore kemarin, jemaah umrah full Ramadhan kami telah berada di kota Madinah.
Ibadah di kota suci Makkah dilanjutkan dengan ibadah di kota suci Madinah. Kecintaan kepada tanah haram pertama, Makkah, dilanjutkan dengan kecintaan kepada tanah haram kedua, Madinah.
Dan memang tampak nyata beberapa perbedaan antara dua kota suci ini. Geografi Makkah terdiri dari padang pasir, pegunungan baru, serta lembah yang kini kebanyakan telah diratakan dan didirikan bangunan di atasnya. Sementara itu, Madinah adalah tanah datar yang subur, dikelilingi oleh gunung.
Dan dibandingkan sikap pedagang dan pengunjung Makkah, para pedagang dan pengunjung Madinah tampak lebih ramah, sopan, dan nyaman.
Jika dibandingkan kemacetan dengan kebrisikan suara kendaraan di Makkah, di Madinah jauh lebih tenang. Ketika berbelanja, kebanyakan pedagang Madinah sengaja melebihkan takaran pada barang yang dijual.
Berikut hadits tentang keberkahan Madinah sebagaimana terdapat dalam Shahih al-Bukhari, dari Aisyah Ummul Mukminin radhiyallahu anha:
لَمَّا قَدِمَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وُعِكَ أَبُو بَكْرٍ وَبِلَالٌ، قَالَتْ: فَدَخَلْتُ عَلَيْهِمَا، فَقُلْتُ: يَا أَبَتِ كَيْفَ تَجِدُكَ؟ وَيَا بِلَالُ كَيْفَ تَجِدُكَ؟ ... فَقَالَ: اللَّهُمَّ حَبِّبْ إِلَيْنَا المَدِينَةَ كَحُبِّنَا مَكَّةَ أَوْ أَشَدَّ، وَصَحِّحْهَا، وَبَارِكْ لَنَا فِي صَاعِهَا وَمُدِّهَا، وَانْقُلْ حُمَّاهَا فَاجْعَلْهَا بِالجُحْفَةِ.
"Ketika Rasulullah shallallahu alaihi wasallam tiba di Madinah, Abu Bakar dan Bilal terkena demam, maka aku pun memberikan merek. Aku berkata, "Wahai ayahku, bagaimanakah ya engkau? Dan wahai Bilal, bagaimanakah yang engkau rasakan?"
Maka beliau (Rasulullah shallallahu alaihi wasallam) berdoa: "Ya Allah, jadikanlah kami mencintai Madinah sebagaimana kami mencintai Makkah atau lebih dari itu. Sehatkanlah kota ini bagi kami, berkahilah bagi kami takaran sha’ dan mud-nya, serta pindahkanlah demamnya ke daerah al-Juhfah." (HR. Al-Bukhari no. 5677)
Selain keutamaan shalat di Masjid an-Nabawi, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam juga menggambarkan Madinah sebagai tempat yang akan menyaring keimanan manusia.
Dari Abu Hurairah radhiyallaahu anhu, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
أُمِرْتُ بِقَرْيَةٍ تَأْكُلُ الْقُرَى، يَقُولُونَ يَثْرِبُ، وَهِيَ الْمَدِينَةُ، تَنْفِي النَّاسَ كَمَا يَنْفِي الْكِيرُ خَبَثَ الْحَدِيدِ.
"Aku diperintahkan menuju sebuah kota yang akan menaklukkan kota-kota lain. Mereka menyebutnya Yatsrib, padahal ia adalah Madinah. Kota ini akan membersihkan manusia sebagaimana alat peniup api (al-kîr) membersihkan kotoran besi." (HR. Al-Bukhari no. 1871)
Hadits ini menunjukkan bahwa Madinah bukan hanya tempat yang nyaman, tetapi juga tempat ujian dan penyaringan keimanan. Sebagian orang akan bertahan dan semakin kuat imannya, sementara yang lain akan berpaling dari keberkahan yang ada.
Adapun tujuan utama yang dicari pencari ibadah di Madinah setelah di Makkah adalah agar berkesempatan melaksanakan shalat berjamaah di Masjid an-Nabawi yang bernilai tinggi setelah Masjid al-Haram.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:
صَلَاةٌ فِي مَسْجِدِي هَذَا خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ صَلَاةٍ فِيمَا سِوَاهُ إِلَّا الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ.
"Satu shalat di masjidku ini lebih baik daripada seribu shalat di masjid lainnya, kecuali di Masjidil Haram." (HR. Al-Bukhari no. 1190)
Tadi pagi, aku melihat ada resto di sebelah hotel kami. Aku lihat, harga segelas kopi susu adalah 5 riyal. Aku beli 1 gelas. Ternyata kualitas dan rasanya cukup bagus dan enak dibandingkan yang pernah kubeli di salah satu kafe di Makkah dalam Ramadhan lalu. Ini mengingatkanku kepada berkah, yaitu kebaikan yang banyak dan selalu ada.
Selesai shalat Zhuhur di Masjid an-Nabawi, aku mengambil segelas air zamzam dari termos zamzam yang terdapat di dalam masjid untuk aku jadikan sebagai air minum makan siang di hotel kami, Hotel al-Ansar Tulip Golden. Ini sebagai latihan konsentrasi, kemauan, dan kesabaran. Apakah masih banyak air bertahan di tempat tujuan? Lalu aku keluar masjid dari Pintu 21, melewati keramaian jemaah sejauh beberapa ratus meter.
Alhamdulillah, ternyata sangat sedikit sekali kurangnya dari isi asalnya. Walaupun ini seperti main-main, bagiku ini salah satu upaya melatih kesabaran.
Allah subhanahu wata'ala berfirman:
يٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱصْبِرُوا۟ وَصَابِرُوا۟ وَرَابِطُوا۟ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
"Wahai orang-orang yang beriman! Bersabarlah, dan kuatkanlah kesabaranmu, serta tetaplah bersiap siaga (di perbatasan), dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung." (QS. Ali 'Imran: 200)
Setiba di restoran hotel, air ini kujaga agar tak dibuang para petugas restoran. Aku titipkan kepada jemaah yang sedang makan di atas alas piring yang kosong. Karena aku harus masuk antrean yang sangat panjang untuk bisa mengambil sepiring nasi. Aku dampingi air zamzam dengan secangkir teh hangat dan dua potong jeruk Sunkist. Karena bagiku, zamzam adalah air paling berkah dan paling berharga.
Pengalaman menjaga air zamzam sepanjang perjalanan dari Masjid an-Nabawi hingga restoran hotel ini mengingatkanku akan amanah dan rasa syukur. Betapa banyak orang yang berharap bisa minum seteguk air zamzam di tanah haram, sementara kita yang telah mendapatkannya justru harus lebih menghargainya. Ini mengajarkan bahwa setiap nikmat, sekecil apa pun, adalah anugerah yang harus dijaga. Dari Abdullah bin Abbas radhiyallaahu anhuma bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ: الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ
"Ada dua nikmat yang banyak manusia lalai darinya: kesehatan dan waktu luang." (HR. Al-Bukhari no. 6412)
Seperti halnya air zamzam yang kujaga agar tak terbuang, demikian pula kita harus menjaga setiap nikmat yang Allah berikan dalam kehidupan ini.
Kecintaan kepada Madinah adalah bagian dari kecintaan kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Kota ini adalah tempat beliau hidup, berdakwah, dan berpulang ke rahmatullah. Tidak heran jika para sahabat mencintai Madinah dengan sepenuh hati dan menjadikannya sebagai tempat akhir hidup mereka.
Sebagai penutup, kita memohon kepada Allah dengan doa yang diajarkan oleh Nabi shallallahu alaihi wasallam:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى
"Ya Allah, kami memohon kepada-Mu petunjuk, ketakwaan, sifat 'afaf (menjaga diri dari hal yang tidak halal), dan kekayaan hati (merasa cukup)."
اللَّهُمَّ حَبِّبْ إِلَيْنَا المَدِينَةَ كَحُبِّنَا مَكَّةَ أَوْ أَشَدَّ
"Ya Allah, jadikanlah kami mencintai Madinah sebagaimana kami mencintai Makkah atau lebih dari itu."
Amin, wahai Rabb Pemilik Makkah dan Madinah.
Masjid an-Nabawi, Madinah, Selasa, 3 Syawal 1446 H / 1 April 2025 M
Zulkifli Zakaria
Tulisan ini bisa dibaca di http://mahadalmaarif.com