![]() |
Gimba Syekh Madinah itu adalah tempat mula Syekh Burhanuddin mengaji dengan Syekh Madinah. |
PADANG PARIAMAN, -- Pendiri Yayasan Situs Gimba Syekh Madinah, Tuanku Khatib Ibrahim menyebutkan, Gimba Syekh Madinah ini adalah bukti sejarah panjang peradaban Islam versi Syattariyah, yang kemudian berkembang luas di Minangkabau.
"Nagari Sungai Gimba Ulakan ini, diyakini bermula dari Gimba Syekh Madinah ini. Untuk itu, penting sekali bagi kita meluruskan sejarah panjang ini dengan baik dan benar," kata Tuanku Khatib Ibrahim, Ahad 6 April 2025 di Sungai Gimba Ulakan, Kecamatan Ulakan Tapakis, Padang Pariaman.
Jadi, katanya, pendirian yayasan ini adalah awal dari kebangkitan sejarah Gimba Syekh Madinah itu sendiri. "Gimba adalah sama dengan mimbar, tempat berfatwa dan mengaji dulunya," ujarnya.
Tuanku Khatib Ibrahim yang didampingi H. Ali Bakri Tuanku Khalifah ini menilai, pengembangan sejak dibangunnya kembali Gimba ini, terus dilakukan.
"Memang kondisi Gimba itu sendiri masih terbengkalai, namun kegiatan positif berupa tempat kajian telah kita mulai," ungkapnya.
Dari Gimba inilah, Syekh Burhanuddin kecil yang bernama Pono itu tinggal, bergaul dengan sejumlah anak siak lainnya, mengaji dengan Syekh Madinah.
Di Gimba itu pula dulunya diyakini sebagai tempat Shalat Jumat, dan disebutkan sebagai masjid pertama di Tapakis. "Sebelumnya, Sungai Gimba ini termasuk Nagari Tapakis. Ulakan dan Tapakis itu dibatasi oleh Sungai Batang Ulakan," ujarnya.
Dan Alhamdulillah, keberadaan masjid itu telah berhasil dikembalikan, dengan berdiri dan aktifnya Masjid Raya Syekh Madinah sejak beberapa tahun yang lampau.
Masjid Raya Syekh Madinah ini sedikit berjarak keberadaannya dengan Gimba itu sendiri. Tapi tak terlalu jauh. Hanya dibatasi sejumlah rumah masyarakat, dan masjid serta Gimba itu masih dalam korong Sikabu.
Pimpinan Daerah Syattariyah Padang Pariaman, beberapa waktu lalu dikukuhkan di Masjid Raya Syekh Madinah ini.
Menurut Ali Bakri Tuanku Khalifah, pihaknya akan mengembangkan kajian Syattariyah ini secara berkesinambungan.
"Selama ini, Syattariyah dikembangkan di kalangan masyarakat berusia lanjut. Dan itu terus berlanjut. Kedepankan, kita kembangkan di kalangan generasi muda," ulasnya.
Katanya lagi, potensi tuanku yang cukup banyak di Ulakan ini, diajak untuk mengembangkan kajian Syattariyah ini.
Dengan ada dan berjalannya sejumlah program di Masjid Raya Syekh Madinah, dan terstrukturnya kajian Syattariyah ini, setidaknya Yayasan Situs Gimba Syekh Madinah mengembalikan pusek jalo pumpunan ikan Syattariyah itu sendiri, yang pernah jaya dan mula Syekh Burhanuddin berkembang di Minangkabau ini.
Pewarta: ad tuanku mudo