![]() |
Penulis : Titip Elyas Tuanku Sulaiman
Siang tadi, selepas sholat Zhuhur pada hari Sabtu, tanggal 29 Maret 2025, suasana di Pondok Pesantren Madrasatul 'Ulum Lubuak Pua terasa khidmat. Para guru dan kawan-kawan berkumpul dalam suasana Ramadhan yang penuh berkah. Di salah satu ruangan utama pesantren, pengajian kitab bersama Buya H. Zainuddin Tuanku Bagindo Basa berlangsung dengan penuh kekhusyukan.
Kitab yang dikaji pada siang itu adalah kitab tasawuf Fathur Rahman karya Syaikh Al-Ansari. Bab yang dibahas kali ini adalah tentang "khatir," yakni bisikan dalam hati yang berasal dari berbagai sumber. Buya H. Zainuddin dengan penuh kelembutan menjelaskan perbedaan antara khatir Rabbani, khatir nafsi, dan khatir syaitan.
“Khatir Rabbani,” jelas Buya dengan suara yang tenang, “adalah bisikan yang datang dari Allah. Ia membawa petunjuk dan ketenangan, membimbing manusia kepada kebaikan. Sementara itu, khatir nafsi berasal dari diri sendiri, sering kali dipengaruhi oleh hawa nafsu dan keinginan pribadi. Adapun khatir syaitan, inilah bisikan yang menyesatkan, mengajak kepada keburukan dan menjauhkan dari ketaatan.”
Para santri dan guru yang hadir menyimak dengan penuh perhatian. Ada yang mencatat, ada pula yang merenung dalam-dalam, mencoba memahami lebih dalam makna dari setiap penjelasan Buya. Di tengah kajian, sesekali Buya menambahkan kisah-kisah sufi sebagai penguat pemahaman, membuat suasana pengajian semakin hidup.
Setelah kajian utama selesai, sesi tanya jawab pun dibuka. Salah seorang santri mengangkat tangan, lalu bertanya, “Buya, bagaimana cara membedakan antara khatir Rabbani dan khatir nafsi?”
Buya tersenyum bijak, lalu menjawab, “Khatir Rabbani selalu membawa kedamaian dan mendorong kepada kebaikan, tanpa ada kepentingan diri. Sedangkan khatir nafsi sering kali berselimut ego dan hawa nafsu. Untuk membedakannya, seseorang harus memiliki kejernihan hati dan senantiasa bertafakur.”
Pertanyaan demi pertanyaan pun terus mengalir. Diskusi berlangsung dalam suasana yang hangat, menggambarkan kehausan ilmu para pencari hikmah di bulan suci ini. Tak terasa, waktu pun berlalu dengan cepat. Menjelang azan Ashar berkumandang, Buya menutup majelis dengan doa, memohon keberkahan atas ilmu yang telah dipelajari.
Para hadirin pun perlahan meninggalkan ruangan dengan hati yang lebih tenteram, membawa hikmah dan renungan untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Ramadhan di Pondok Pesantren Madrasatul 'Ulum Lubuak Pua bukan sekadar bulan puasa, tetapi juga waktu yang dipenuhi dengan cahaya ilmu dan keberkahan.