![]() |
فِي مَسِيرِي إِلَي عِيدِ الفِطْرِ: ذِكْرَيَاتٌ بَيْنَ مَسْجِدِ بِنْ لَادِن وَالمَسْجِدِ الحَرَامِ
Bismillahirrahmanirrahim
Tadi malam, sepulang shalat dari Masjid al-Haram, aku melihat pesan singkat anak keempat kami yang sedang belajar di Universitas Al-Azhar Kairo: "Di Mesir lebaran hari Senin, insya Allah."
Setibanya di hotel, aku membuka beberapa media YouTube berbahasa Arab. Ternyata memang ada perbedaan ketetapan, dan sebelumnya telah ada silang pendapat tentang kapan 1 Syawal. Mahkamah Ulya Arab Saudi menetapkan bahwa 1 Syawal 1446 H jatuh pada hari Ahad, 30 Maret 2025 M. Keputusan Mahkamah Ulya Arab Saudi didasarkan pada hasil rukyatul hilal yang dilakukan di berbagai lokasi observasi resmi. Di antaranya adalah observatorium Tamir dan Sudair, yang merupakan pusat utama pengamatan hilal di kerajaan ini. Setelah adanya kesaksian dari beberapa perukyah yang melihat hilal secara langsung dengan mata telanjang, keputusan pun diumumkan melalui sidang resmi dan disiarkan oleh media nasional, termasuk Televisi Al Arabiya. Proses ini juga didukung oleh fatwa ulama dan ketetapan dari Dewan Ulama Senior Arab Saudi.
Ketetapan ini juga sama dengan Qatar dan Emirat Arab. Sementara Dar al-Ifta' Mesir mengumumkan bahwa Ahad, 30 Maret 2025 M, adalah hari menyempurnakan Ramadhan 1446 H menjadi 30 hari, sehingga 1 Syawal jatuh pada hari Senin.
Untuk semakin meyakinkan diri, aku membuka YouTube Televisi Al Arabiya. Ternyata memang ada tim perukyah hilal di Arab Saudi pada waktu maghrib kemarin yang berhasil melihat hilal. Beberapa pusat pengamatan diwawancarai, dan mereka mengakui bahwa pengamatan dilakukan dengan mata, meskipun tersedia teleskop.
Maka, aku yang sedang berada di Makkah pun semakin mantap dalam keyakinanku bahwa Ahad adalah 1 Syawal.
Aku terbangun agak terlambat pagi ini. Aku telah mandi sunnah hari raya di hotel, mengenakan wewangian gaharu dan memakai jubah putih yang ditutupi dengan rompi travel kami. Tak lupa sandal hitam buatan Turki yang kubeli tadi di lapak kaki lima seharga 10 Riyal.
Setelah 40 menit mendekati adzan subuh, aku baru mulai berjalan kaki menuju Masjid al-Haram. Aku berjalan bersama banyak kaum muslimin menuju Masjid al-Haram, menyandang tas kecil, memegang sajadah sandar, dan membawa dua botol kecil air zamzam. Takbir terus bergema, mengiringi langkah kami menuju shalat Idul Fitri.
Ternyata, sesampainya di depan Masjid Bin Ladin, di simpang Jalan Taisir, pihak keamanan telah memblokir jalan. Padahal, masih ada sekitar 1 km lagi menuju Masjid al-Haram. Para jemaah mulai membentuk shaf-shaf shalat di jalan-jalan menuju Masjid al-Haram.
Masjid Bin Ladin Makkah adalah sebuah masjid yang terletak di Jalan Umm al-Qura, Makkah, Arab Saudi. Masjid ini berada di jalur utama yang sering dilalui oleh para jemaah haji dan umrah dalam perjalanan menuju Masjid al-Haram. Nama masjid ini dikaitkan dengan keluarga Bin Ladin, yang dikenal sebagai salah satu keluarga terkemuka di Arab Saudi, terutama dalam bidang konstruksi.
Sekitar pukul 5, adzan subuh Masjid al-Haram berkumandang. Ternyata, masjid kecil di sekitar situ juga mengumandangkan adzan. Para jemaah yang telah menghamparkan sajadah di sepanjang Jalan Umm al-Qura pun mengikuti imam Masjid al-Haram.
Selesai shalat subuh, aku—seperti juga jemaah lain—tetap bertahan di atas sajadah, menunggu shalat Id.
Dari Anas bin Malik radhiyallaahu 'anhu:
قدمَ رسولُ اللَّهِ صلَّى اللهُ عليهِ وسلَّمَ المدينةَ ولَهم يومانِ يلعبونَ فيهما فقالَ ما هذانِ اليومانِ قالوا كنَّا نلعبُ فيهما في الجاهليَّةِ فقالَ رسولُ اللَّهِ صلَّى اللهُ عليهِ وسلَّمَ إنَّ اللَّهَ قد أبدلَكم بِهما خيرًا منهما يومَ الأضحى ويومَ الفطرِ
"Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tiba di Madinah, sementara penduduknya memiliki dua hari yang mereka gunakan untuk bermain. Maka beliau bertanya, "Hari apa dua hari ini?" Mereka menjawab, "Kami biasa bermain pada dua hari ini di masa Jahiliah." Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, "Sesungguhnya Allah telah menggantikan bagi kalian dua hari yang lebih baik dari keduanya, yaitu hari Idul Adha dan hari Idul Fitri." (HR. Abu Dawud no. 1134)
Kumandang takbir Id dari beberapa muadzdzin Masjid al-Haram mulai terdengar, menggema di seluruh penjuru kota suci ini.
Pada jam 06.32, terdengar suara muadzdzin Masjid al-Haram memberi tahu bahwa shalat Id dimulai. Ternyata, Syaikh Abdurrahman bin as-Sudais hafizhahullah mengimami dua rakaat shalat Id dengan membaca Surat Al-A'la setelah Surat Al-Fatihah di rakaat pertama dan Surat Al-Ghasiyah di rakaat kedua.
Setelah mengucapkan khutbah tentang posisi hari Idul Fitri, jemaah yang di jalan raya mendengar khutbah dengan sebagian tetap bertahan di atas sajadah dan sebagian lain ada yang berdiri dan berjalan. Karena memang status khutbah dalam shalat Ied berbeda dengan khutbah pada shalat Jumat.
Ini sesuai dengan hadits shahih dari Abdullah bin As-Saib radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:
إنا نخطُبُ، فمَنْ أحبَّ أنْ يجلِسَ للخُطبةِ فَلْيجلِسْ، ومَنْ أحبَّ أنْ يذهَبَ فَلْيذهَبْ
"Sesungguhnya kami akan berkhutbah. Barang siapa yang ingin duduk untuk mendengarkan khutbah, maka silakan duduk, dan barang siapa yang ingin pergi, maka silakan pergi." (HR. Abu Dawud, no. 1155)
Allah subhanahu wata'ala berfirman:
﴿ شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِّنَ الْهُدَىٰ وَالْفُرْقَانِ ۚ فَمَن شَهِدَ مِنكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۖ وَمَن كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ أَيَّامٍ أُخَرَ ۗ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ﴾ [ البقرة: 185]
"Bulan Ramadhan adalah bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda (antara yang benar dan yang batil). Karena itu, barang siapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa. Dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajib menggantinya), sebanyak hari yang ditinggalkan itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, agar kamu bersyukur." (QS. al-Baqarah: 185)
Di antara kenangan yang tertinggal di atas sajadahku ini, di tengah jalan dekat Masjid Bin Ladin, ada dua peristiwa yang tak terlupakan.
Yang pertama, pada Januari 2005, aku pernah ingin buang air besar di masjid ini. Saat itu, setelah makan pagi di Maktab Haji kami yang terletak di Jalan Taisir, aku bermaksud berjalan kaki menuju Masjid al-Haram. Namun, ketika tiba di depan Masjid Bin Ladin, perutku terasa sakit, dan dorongan untuk buang air besar sangat kuat. Aku bermaksud menggunakan toilet masjid ini, tetapi ternyata toiletnya dikunci.
Yang kedua, dalam bulan Ramadhan 1446 H ini. Sepulang Tarawih dari Masjid al-Haram, sesampainya di depan Masjid Bin Ladin, aku kembali merasa ingin buang air kecil. Aku berharap bisa menggunakan toilet masjid ini, tetapi ternyata sudah dikunci. Dan memang mesjid dipakai untuk shalat fardhu berjemaah, tapi dikunci lagi setelah selesai shalat.
Kini, Allah subhanahu wata'ala kembali mempertemukanku dengan tempat ini, dalam keadaan yang lebih baik, untuk shalat subuh dan shalat Idul Fitri 1446 H bersama para jemaah yang mengikuti imam Masjid al-Haram. Betapa indah skenario takdir Allah, mempertemukan kembali diriku dengan tempat ini, namun dalam keadaan yang jauh lebih baik.
اللَّهُمَّ تَقَبَّلْ مِنَّا وَمِنْهُمْ، وَاجْعَلْنَا مِنَ المُتَّقِينَ، وَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَتُبْ عَلَيْنَا، إِنَّكَ أَنتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
"Ya Allah, terimalah (amal ibadah) dari kami dan dari mereka, jadikanlah kami termasuk orang-orang yang bertakwa, ampunilah dosa-dosa kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima Taubat, Maha Penyayang."
Amin, wahai Rabb Pemilik diri kami.
Makkah, Ahad, 1 Syawwal 1446 H / 30 Maret 2025 M
Zulkifli Zakaria
Tulisan ini bisa dibaca di: http://mahadalmaarif.com