![]() |
اَلْإِشْرَاقَةُ بَعْدَ الْوَدَاعِ
Bismillahirrahmanirrahim
Kemarin, Jum'at, 28 Ramadhan 1446, ada teman bertanya kepadaku dalam komentar FB:
"Bila Ied di Makkah, Ustadz?"
"Insya Allah ketika tiba 1 Syawal 1446 H" jawabku singkat sambil menutup dengan emoji senyum.
Tadi malam, malam ganjil terakhir. Jemaah shalat Maghrib, Isya, dan Tarawih tampak sangat ramai dan padat. Entah mana yang lebih ramai dibandingkan malam 27. Salah satu media online Arab Saudi memperkirakan bahwa jumlah kaum muslimin yang ikut shalat qiyam Ramadhan pada malam 27 adalah 5 juta orang, dari dalam Masjid hingga limpahannya.
Aku shalat ashar dan maghrib di salah satu kawasan shalat di pelataran thawaf Daur Tsani. Petugas memberi peringatan bahwa tempat itu disediakan untuk jemaah yang sudah thawaf hingga selesai shalat maghrib, setelah itu harus bubar. Dan aku memang selesai thawaf sunnah sekitar jam 6 sore.
Setelah shalat maghrib, aku pun berdiri menuju salah satu toilet untuk buang hajat dan memperbaharui wudhu.
Setelah berwudhu dan merasa nyaman untuk shalat Isya dan Tarawih, aku tidak bisa lagi masuk ke tempat semula. Sementara pelataran Masjid sangat padat dan ramai.
Aku memutuskan menuju mushalla idhafi, tempat shalat tambahan di belakang tower Jam Makkah, setelah jalan layang. Aku merasa tempat ini lebih aman dari keramaian dan dekat ke restoran untuk membeli makanan setelah Tarawih, karena malam ini aku tidak membawa bekal makanan.
Dua rakaat terakhir dari 10 rakaat shalat Tarawih, Syaikh Abdurrahman as-Sudais mengimami, melanjutkan bacaan surat-surat Juz yang telah dibaca sebelumnya oleh Syaikh Bandar Balilah.
Setelah selesai surat An-Nas, beliau membaca doa khatam al-Quran sebelum rukuk. Doanya penuh kekhusyukan, memohon rahmat dan ampunan Allah bagi seluruh kaum muslimin.
Ada dua di antara isi doa beliau yang berkesan dalam memoriku:
1. Doa agar Allah subhanahu wata'ala membebaskan kita dari siksa Neraka.
2. Doa agar Allah subhanahu wata'ala menolong kaum muslimin Palestina.
Doa pertama sesuai dengan hadits shahih bahwa setiap malam di bulan Ramadhan ada pembebasan dari Neraka.
Dari Abu Hurairah radhiyallaahu 'anhu, Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda:
إِذَا كَانَ أَوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ صُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ، وَمَرَدَةُ الجِنِّ، وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ، فَلَمْ يُفْتَحْ مِنْهَا بَابٌ، وَفُتِّحَتْ أَبْوَابُ الجَنَّةِ، فَلَمْ يُغْلَقْ مِنْهَا بَابٌ، وَيُنَادِي مُنَادٍ: يَا بَاغِيَ الخَيْرِ أَقْبِلْ، وَيَا بَاغِيَ الشَّرِّ أَقْصِرْ، وَلِلَّهِ عُتَقَاءُ مِنَ النَّارِ، وَذَلكَ كُلُّ لَيْلَةٍ
"Apabila telah tiba permulaan malam bulan Ramadhan, maka syaitan-syaitan dan jin-jin pembangkang dibelenggu, pintu-pintu Neraka ditutup, tak satu pun yang dibuka, dan pintu-pintu Surga dibuka, tak satu pun yang ditutup. Ada seorang penyeru yang berseru, 'Wahai pencari kebaikan, menghadaplah! Wahai pencari keburukan, berhentilah!' Dan Allah memiliki hamba-hamba yang dibebaskan dari Neraka setiap malam." (HR. At-Tirmidzi no. 682)
Sedangkan doa keduanya mengingatkan bahwa kaum muslimin Palestina adalah hamba-hamba Allah yang mendiami bumi yang diberkahi.
Allah subhanahu wata'ala berfirman:
سُبْحٰنَ الَّذِيٓ أَسْرٰى بِعْبْدِهِ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَا الَّذِي بٰرَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ اٰيٰتِنَا ۗ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
"Maha Suci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat." (QS. Al-Isra: 1)
Siang ini, Sabtu 29 Ramadhan 1446, aku merasa suasana Makkah lebih tenang dibandingkan 24 jam sebelumnya.
Sepertinya, di wajah jutaan kaum muslimin yang hadir di Tanah Haram tampak menunggu-nunggu, apakah masih ada shalat Tarawih malam ini?
Aku sengaja berbuka puasa dan shalat maghrib di Rooftop Masjid al-Haram. Setelah pukul 5, aku naik ke atas ketika matahari tidak lagi terasa panas.
Aku ingin melihat jelas puncak Jam Makkah. Sudah menjadi tradisi bahwa jika pemerintah Arab Saudi menetapkan 1 Syawal, maka setelah shalat maghrib, lampu-lampu di puncak Jam Makkah akan dinyalakan.
Benarlah, setelah shalat maghrib, sekitar jam 7 malam, puncak Jam Makkah bersinar gemerlapan. Jemaah di Rooftop serentak berdiri, banyak yang mengabadikan momen dengan ponsel mereka, dan ada juga yang bertakbir.
Termasuk aku. Aku merekam beberapa detik sambil melantunkan takbir. Tapi aku tak bisa menahan tangis. Tangis karena Ramadhan berlalu, sementara aku tidak tahu seberapa bernilai ibadahku di sisi Rabb-ku.
Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda:
مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
"Barang siapa yang mendirikan shalat pada bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan mengharap pahala, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (HR. Al-Bukhari no. 37)
Dan do'a kita:
اللَّهُمَّ تَقَبَّلْ مِنَّا صِيَامَنَا وَقِيَامَنَا وَاجْعَلْنَا مِنْ عُتَقَائِكَ مِنَ النَّارِ
"Ya Allah, terimalah dari kami, puasa kami dan shalat malam kami! Dan jadikanlah kami di antara hamba-hamba-Mu yang telah Engkau merdekakan dari Neraka!"
Amiin, wahai Rabb Pemilik Ramadhan.
Masjid al-Haram, Makkah, Sabtu, 29 Ramadhan 1446 H / 29 Maret 2025 M
Zulkifli Zakaria
Tulisan ini bisa dibaca di http://mahadalmaarif.com