![]() |
Nurdin Tuanku Sultan yang memberikan ceramah agama di Sikucur, Kecamatan V Koto Kampung Dalam. (foto titip elyas) |
MU-ONLINE -- Di malam Sabtu yang tenang, tanggal 31 Agustus 2024, suasana di Sikucur, Kecamatan V Koto Kampung Dalam dipenuhi dengan kehangatan keluarga besar suku Tanjung yang berkumpul dalam acara arisan badunsanak.
Di bawah langit yang gelap namun berhiaskan bintang-bintang, mereka saling berbagi cerita dan kebersamaan. Namun, pada pukul 21.09 WIB, suasana menjadi khusyuk ketika Nurdin Tuanku Sultan memulai ceramah agama Islam yang dinantikan.
Nurdin Tuanku Sultan, seorang ulama yang disegani di Padang Pariaman, membuka ceramahnya dengan mengenang perjalanan hidupnya yang penuh berkah. Dengan suara yang lembut namun penuh wibawa, ia bercerita tentang masa kecilnya yang dipenuhi dengan semangat menimba ilmu agama.
"Saya mulai mengaji di Sungai Sariak, di tahun 2004," kenangnya, mengundang perhatian hadirin yang memadati ruangan.
Di Gobah Buya Ungku Shaliah Kiramatullah, dia mendapatkan bimbingan yang membawa dirinya menjadi seorang yang bergelar 'Tuanku,' sehingga kini dikenal sebagai 'Nurdin Tuanku Sultan.'
Ceramah malam itu membawa tema yang sangat relevan bagi semua yang hadir, "Selamat Dunia dan Selamat Akhirat," yang diambil dari Al-Qur'an surat Al-Baqarah ayat 201.
Nurdin Tuanku Sultan menjelaskan dengan penuh hikmah bahwa kebahagiaan di dunia dan akhirat hanya dapat diraih dengan mengikuti petunjuk Allah SWT.
Dalam penjelasannya, dia mengingatkan tentang tiga amalan yang harus selalu dilakukan oleh setiap muslim agar hidup mereka tidak merugi, baik di dunia maupun di akhirat.
Ketiga amalan tersebut tertuang dalam Al-Qur'an surat Fathir ayat 29-30. Pertama, rajin membaca Al-Qur'an. Dia menekankan pentingnya menghidupkan Al-Qur'an dalam keseharian, karena dengan membacanya, hati menjadi tenang dan pikiran menjadi jernih.
"Al-Qur'an adalah pelita dalam kegelapan, bacalah setiap hari agar hidup kita selalu terarah," ujarnya.
Kedua, mendirikan sholat lima waktu sehari semalam. Nurdin Tuanku Sultan mengingatkan bahwa sholat adalah tiang agama. Tanpa sholat, hidup akan kehilangan arah dan berkah.
"Sholatlah dengan khusyuk, karena itulah hubungan kita langsung dengan Sang Pencipta," katanya dengan penuh penekanan, mengajak semua yang hadir untuk menjaga kewajiban ini dengan sebaik-baiknya.
Ketiga, sifat pemurah. Dalam hidup yang penuh dengan cobaan dan ujian, sifat pemurah adalah salah satu kunci untuk membuka pintu rahmat Allah.
Dia menekankan bahwa dengan berbagi kepada sesama, kita tidak hanya membantu mereka yang membutuhkan, tetapi juga menanam benih pahala yang akan kita petik di akhirat kelak.
"Jadilah pemurah, bukan hanya dalam harta, tapi juga dalam senyum, waktu, dan perhatian," tambahnya, menginspirasi para hadirin untuk terus berbuat kebaikan.
Seiring dengan waktu yang terus berjalan, ceramah yang disampaikan dengan penuh ketulusan itu perlahan mencapai akhirnya. Pada pukul 22.18 WIB, Nurdin Tuanku Sultan menutup ceramahnya dengan doa yang menyentuh hati, memohon agar Allah SWT selalu memberikan petunjuk dan keberkahan dalam setiap langkah hidup mereka yang hadir.
Suasana kembali hening, diiringi oleh doa-doa yang lirih diucapkan oleh para hadirin, sebagai tanda syukur dan harapan akan kebaikan yang akan datang.
Malam itu, para anggota arisan suku Tanjung pulang dengan hati yang lebih tenang dan tekad yang lebih kuat untuk menjadi insan yang lebih baik.
Ceramah Nurdin Tuanku Sultan tidak hanya mengingatkan mereka akan kewajiban agama, tetapi juga memberikan semangat baru untuk menghadapi kehidupan dengan penuh iman dan kebaikan.
Pewarta: titip elyas tuanku sulaiman