![]() |
Prof. Duski Samad Tuanku Mudo |
Pesona bisa terwujud dalam berbagai bentuk, dan seringkali sulit didefinisikan secara tepat karena sangat subjektif. Apa yang dianggap memesona oleh satu orang, belum tentu sama bagi orang lain.
Berikut beberapa aspek yang umumnya terkait dengan pesona:
Pada Diri Seseorang: Penampilan Fisik: Kecantikan atau ketampanan memang bisa menjadi bagian dari pesona, tapi bukan satu-satunya faktor. Kepribadian: Kepercayaan diri, karisma, selera humor, kebaikan hati, dan kecerdasan adalah beberapa contoh kualitas yang bisa membuat seseorang memesona.
Gaya: Cara seseorang membawa diri, berbicara, dan berinteraksi dengan orang lain juga berperan penting dalam membangun pesona. Bakat: Keahlian khusus, seperti bermain musik, melukis, atau bercerita, bisa menambah daya tarik seseorang.
Pada Suatu Tempat: Keindahan Alam: Pemandangan alam yang menakjubkan, seperti pantai, gunung, atau hutan, seringkali dianggap memesona. Arsitektur: Bangunan-bangunan dengan desain yang unik dan megah juga bisa memikat hati.
Suasana: Atmosfer atau nuansa yang tercipta di suatu tempat, misalnya suasana romantis di sebuah kafe atau suasana sakral di tempat ibadah, bisa meninggalkan kesan mendalam.
Pada Sebuah Benda: Estetika: Keindahan visual, seperti bentuk, warna, dan detail, bisa membuat sebuah benda terlihat menarik. Nilai Sejarah: Benda-benda kuno atau yang memiliki nilai sejarah tinggi seringkali dianggap memesona karena kisahnya yang menarik. Keunikan: Benda-benda langka atau yang tidak biasa juga bisa menarik perhatian dan kekaguman.
Pesona memiliki kekuatan yang besar. Ia bisa membuka pintu kesempatan, membangun koneksi, dan meninggalkan kesan yang tak terlupakan.
Pesona Alam Sangir yang dipasangkan di hotel ini secara obyektif dan subyektif benar dan begitu rasanya. Hawa sejuk Sangir di Alam Surambi Sungai Pagu yang letaknya pada dataran tinggi di kaki gunung Kerinci adalah pesona yang sulit di dapatkan di tempat lain.
DZOUQ KEMAHAAN PENCIPTA
Dzauq terma dalam tasawuf, artinya perasaan jiwa yang mendalam. Dzauq iman akan langsung bergetar ketika menyaksikan pesona apapun, begitu mestinya mukmin menyadari kesempurnaan ciptaan Yang Esa. Keesaan sang pencipta menjadi nyata atas sempurnanya alam raya ciptaan-Nya.
لَوْ كَا نَ فِيْهِمَاۤ اٰلِهَةٌ اِلَّا اللّٰهُ لَـفَسَدَتَا ۚ فَسُبْحٰنَ اللّٰهِ رَبِّ الْعَرْشِ عَمَّا يَصِفُوْنَ
"Seandainya pada keduanya (di langit dan di bumi) ada Tuhan-Tuhan selain Allah, tentu keduanya telah binasa. Maha Suci Allah yang memiliki 'Arsy, dari apa yang mereka sifatkan."(QS. Al-Anbiya 21: 22)
Penulis kitab Tanbihul masyi Abd Al Rauf al Sinkili menjadikan ayat di atas sebagai dalil bahwa wahdaniyah Allah swt adalah buktinya pesona yang tak bisa ditiru makhluk.
Meyakini bahwa Allah adalah Esa sulit mengikat jiwa dan raga bila tidak hadir dzouq Tuhan dalam setiap gerak hidup. Al Sinkili menggambarkan iman yang berdzouq seperti orang berada di malam hari, ia yakin esok siang pasti datang.
Tahapan menuju iman yamg nyata, jelas dan tak sedikitpun ada keraguan, maka ada tiga perangkat kehidupan yang melekat pada diri untuk bergerak menyatu.
1. Hawas, inderawi yang melahirkan pengalaman (riyadhah) selalu up date. Pengalaman adalah pintu awal yang tak boleh dibiarkan berlalu. Jauh ba jalan banyak di liek, lamo hidup banyak di raso. indahnya ciptaan, pastilah penciptanya lebih indah lagi, dst.
2. Aqal, ilmu (musyahadah) artinya ilmu dapat menggambarkan yang abstrak. Ilmu sumber derajat (qs.mujadillah,11). ilmu itu universal (qs.albaqarah, 32) dan terbatas yang diketahui manusia. Musyahadah kesaksian kuasa dan kemahaan Allah dapat dibangkitkan dgn zikir dan fikir (qs.Ali Imran 190)
3. Qulub,fuad, shudur, hati (mukasyafah)
Terbukanya hati melihat, dan merasakan kemahaannya adalah nikmat tertinggi yang bisa jadi hasil mujahadah dan musyahadah (taruqa). Bisa juga datang langsung pemberian dari sang khaliq, (tanazul).
رَبَّنَاۤ اٰتِنَا مِنْ لَّدُنْكَ رَحْمَةً وَّهَيِّئْ لَـنَا مِنْ اَمْرِنَا رَشَدًا
"Ya Tuhan Kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah petunjuk yang lurus bagi kami dalam urusan kami."(QS. Al-Kahf 18: Ayat 10).
Natijahnya, bahwa pesona lahiriyah dapat dinaik kelaskan menjadi pesona batiniyah, bahkan ilahiyah dengan mengunakan inderawi (riyadah), aqal (musyahadah), dan puncaknya kesaksian batin (mukasyafah) atas kemahaan sang pencipta. PAS202. @16062024.
*Kajian Subuh di Masjid Timbulun Kantor Bupati Solsel, Senin, 17 Juni 2024