![]() |
Buya Abdullah Aminuddin Tuanku Shaliah sedang istirahat siang dikelilingi banyak santri di tahun 1990 an. (dok) |
MU-Online-Baju gamis yang diselaraskan dengan peci dan serban putih, sepertinya pakaian khas H. Iskandar TM.
Terutama saat dia hadir dan mengajar di Madrasatul 'Ulum. Pun ke masjid juga demikian. Kacamata tak pernah tanggal di matanya.
Gerakannya cepat, langkahnya pasti. Baginya, tidak ada waktu yang terbuang percuma. Ada saja kegiatannya sepanjang 24 jam waktu diberikan kepada manusia.
Pagi, setelah Subuh sebuah mobil tua sudah parkir di teras Surau Tangah. Meluncur dari arah Masjid Raya Lubuk Pandan, menaiki jalan tanah menuju Madrasatul 'Ulum.
Tak ada orang di atas mobil itu, selain sopir dan sekaligus pemiliknya, H. Iskandar TM, sang Pimpinan Pondok Pesantren Madrasatul 'Ulum.
Pagi itu, dia mendampingi Buya Abdullah Aminuddin Tuanku Shaliah, mengajar kelas tujuh. Ya kelompok "marapulai" kaji masyhurnya.
Marapulai itu tak banyak. Paling dalam setahun lima sampai tujuh santri banyaknya yang jadi peserta. Ini kelas akhir di Madrasatul 'Ulum.
Tentu mereka santri pilihan, dites untuk bisa jadi marapulai. Tadarus sepanjang Ramadhan ujian rekrutmen marapulai ini.
Sebuah tafsir jalalaien dikaji. Lama dan panjang. Setengah hari, dari pagi hingga Zuhur menjelang. Karena selama mengaji itu terbuka perdebatan, tanya jawab, dan ulasan langsung oleh santri yang sedang jadi marapulai dan yang menyimak, dibawah pengawasan guru besar dan pimpinan pesantren.
Di tahun 1993 dan akan memasuki 1994, kesibukan H. Iskandar TM ini bertambah. Dia terpilih jadi anggota DPRD Kabupaten Padang Pariaman pada Pemilu 1992 dari Golkar.
Tak heran, selesai Buya Abdullah Aminuddin Tuanku Shaliah membaca tafsir pagi itu, kadang pimpinan ini pamit dan pergi ke Pariaman.
Itu ketika ada rapat dan kegiatan kedewanan. Tapi ketika tidak ada, tetap sampai tuntas, dia akan duduk, menyimak, mengkritisi, sekaligus membimbing marapulai kaji ini.
Bahkan, kalau sudah selesai, H. Iskandar TM yang asli Lubuk Pandan ini berpindah ke ruang sebelah. Ruangan kantor, dia berkutat dengan sebuah mesin tik.
Ada saja yang dia buat, terkait pesantren yang dia Pimpin. Pun kalau tidak ada urusan kantor pesantren, Iskandar TM mengerjakan sebuah pembangunan yang sedang terbengkalai.
Lekukan tangannya menghempaskan pasir yang sudah diaduk dengan semen, ringan sekali saat memplester bangunan bak air di depan kantor pesantren itu. Pandai dia bertukang.
Atau kalau tidak ada yang dia kerjakan di pesantren, dia pun bekerja di rumahnya, di Balai Satu. Dia tuntaskan bangunan pagar beton di depan rumahnya.
Sendiri. Tak ada kuli yang menemaninya. Sepertinya, bagi Iskandar TM, sepanjang kerja itu bisa diselesaikan sendiri, tak perlu ada yang lain ikut menuntaskannya.
Di tahun 1993 ini, saya tercatat sebagai santri baru di lingkungan Madrasatul 'Ulum. Baru, pindah mondok dari Darul Ulum Padang Magek, Kabupaten Tanah Datar ke Lubuk Pandan.
Karena sekian hari di Lubuk Pandan tapi belum bersua dengan H. Iskandar TM, oleh Amiruddin Tuanku Kuniang yang sedang jadi marapulai kaji, saya diajak ke Balai Satu, rumahnya H. Iskandar TM.
Balai Satu tak jauh dari Kampung Guci. Sama-sama Lubuk Pandan, tapi dua desa kala itu. Desa Balai Satu dan Desa Kampung Guci.
Madrasatul 'Ulum di Kampung Guci ini. Kami bersepeda sore itu ke Balai Satu.
"Kama, Mir," sapa tuan rumah, H. Iskandar TM yang sedang membuat pagar rumahnya di Balai Satu, saat kami berhenti dan membelokkan sepeda ke halaman rumahnya.
"Kamari, Ungku," jawab Amiruddin, santri asal Ampalu, Kecamatan VII Koto Sungai Sariak yang juga pandai bertukang.
Amiruddin mengenalkan saya ke Iskandar TM. "Iko kawan yang sekampung tu, Ungku. Yang tempo hari mendoa di surau," ulas dia.
Lalu, Iskandar TM menyapa dan menanyai saya. Menanyai, sebelum ke sini, dimana mengaji dulu. Sambil terus bekerja, Iskandar TM juga menceritakan, kalau agenda dia di DPRD sedang sibuk, karena akan ada pemilihan Bupati Padang Pariaman, yang zaman itu anggota dewan yang memilih.
NU dan Pengorganisasian di Madrasatul 'Ulum
H. Iskandar TM sezaman dan seangkatan dengan M. Zen Tuanku Bagindo, Razak TM, M. Letter Tuanku Bagindo, dan H. Buchari Rauf.
Pun para ulama ini sama-sama tersebut sebagai ulama pakai pentalon. Ya, ulama yang lazim mencemplungi pemerintahan.
Tak heran, setiap tampil mereka sudah pakai celana panjang. Jarang pakai sarung, yang lazim di kalangan ulama yang tapaqquh piddin di surau atau pesantren.
Iskandar TM sama-sama santri dulunya di Surau Kubu, Ujung Gunung dengan M. Zen Tuanku Bagindo dan Razak TM.
Iskandar TM yang asli Lubuk Pandan, sebelum memimpin Madrasatul 'Ulum adalah pegawai negeri di lingkungan Kemenag Padang Pariaman, yang kala itu masih bernama Depag.
Dia sempat jadi Kepala KUA Kecamatan Nan Sabaris, dan setelah pensiun, tahun 1980 an, bergabung ke Madrasatul 'Ulum.
Di Lubuk Pandan sendiri, Iskandar TM adalah ulama panutan. Tokoh ulama dan tokoh masyarakat. Dalam forum resmi, ketika dia hadir menyelesaikan sebuah persoalan, jarang dibantah orang.
Oleh masyarakat Lubuk Pandan, dia terkenal dengan sebutan Ungku Andan dan Ungku Surau Lubuk Pauah.
Karena lama mengabdi di pemerintahan, ulama kelahiran 1940 an ini, menguasai ilmu manajemen. Penting surau menyurat, meski sebuah undangan acara mendoa tamat kaji, harus pakai undangan tertulis.
Ketika sebagian santri tidur-tidur ayam di siang menjelang Zuhur, dan sebagian sibuk hilir mudik asrama, terdengar saja bunyi mesin tik sedang digunakan di kantor pesantren.
Ada mobil di bawah, itu pasti Iskandar TM yang sedang mengetik. Apa yang dia buat! Banyak. Mungkin mengetik proposal atau bisa jadi surat tugas santri, atau ketikan pandangan umum anggota dewan yang akan dia sampaikan di DPRD besoknya.
Tapi mobil tidak ada di bawah, mesin tik berketuntang juga di kantor, itu dipastikan Afredison yang sedang bekerja.
1993 itu Afredison yang Ketua DPC PKB sekaligus anggota DPRD Padang Pariaman ini kala itu Ketua OSIP di Madrasatul 'Ulum.
OSIP adalah sebuah organisasi santri, sama dengan OSIM di Madrasah. Tapi kerjanya beda. Di Lubuk Pandan, OSIP ikut jadi pengurus pesantren sekalian.
Pandai mengetik, mampu beradaptasi dengan lingkungan dalam dan luar, Afredison sepertinya diorbitkan oleh Iskandar TM ini, terutama untuk aktivitas dia di luar pesantren.
Aktivitas kedewanan dan keorganisasian Iskandar TM di luar sana, Afredison yang sedang jadi guru tuo itu merangkap jabatan di Madrasatul 'Ulum.
Rangkap dengan yang tidak resmi kegiatan pondok. Afredison yang acap dan sering mendampingi Iskandar TM berkegiatan di luar.
Tahun itu, di samping kesibukan di dewan, juga sibuk persiapan Konferensi Cabang NU Padang Pariaman.
Konferensi diadakan dua hari di Hall Saiyo Sakato di Pariaman. Gedung itu masih sangat baru. Tapi menjelang konferensi, kesibukan Iskandar TM luar biasa padat.
Karena di kalangan ulama itu sendiri, yang punya keinginan untuk jadi Ketua Tanfidziah NU cukup bergairah. Bahkan muncul blok dari ulama yang berhaluan PPP dan Golkar.
Afredison jadi Sekretaris Panitia Konfercab NU ini tahun 1994 itu. Saking hangat dan bergairahnya helat ini, sering terjadi pertemuan antar pendukung di Ulakan dan di Ujung Gunung.
Akhirnya, pilihan suara jatuh ke H. Iskandar TM. Meskipun ada suara untuk M. Zen Tuanku Bagindo, Razak TM, Iskandar tetap unggul dalam pemilihan Ketua PCNU Padang Pariaman periode 1994-1999 itu.
Lengkap. Ya anggota dewan, Ketua PCNU, sekaligus Pimpinan Madrasatul 'Ulum. Jabatan Iskandar TM di usia dia yang sudah pensiun dari Kemenag ini.
Namun, dalam penyusunan komposisi kepengurusan PCNU Padang Pariaman, Iskandar TM sebagai ketua terpilih sekaligus ketua tim formatur, tidak serta merta pula menyusunnya.
Perbandingan ulama tua dan muda, setidaknya diberikan porsi dalam kepengurusan itu. Pun, nama Afredison masuk dalam jajaran pengurus PCNU kala itu.
Kelak, Afredison sepeninggal Iskandar TM yang pergi untuk selama-lamanya dalam sebuah perjalanan kedewanan di Lampung di penghujung 1994, Afredison tetap dan terus mengembangkan keorganisasiannya di lingkungan NU ini.
Tercatat pula, Afredison pernah jadi Wakil Sekretaris PC GP Ansor Padang Pariaman periode 1994-1999, yang ketuanya Iswandi, anak Buya Ampalu Tinggi, dan seterusnya jadi Ketua GP Ansor periode berikutnya.
Dari GP Ansor, Afredison yang sempat pindah mondok ke Koto Salak, Dharmasraya ini masuk ke PKB. Mulai dari Ketua PAC PKB Padang Sago, hingga kini jadi Ketua DPC PKB Padang Pariaman.
Pemilu 2019, Afredison yang asal Koto Baru, Padang Sago kelahiran 1973 ini terpilih jadi anggota DPRD Padang Pariaman periode 2019-2024.
Pengorganisasian yang lumayan matang, membuat Afredison ikut mewarnai lembaga wakil rakyat tersebut. Dialah orbitan Iskandar TM yang berhasil di bidang ini.
Di samping Ketua Fraksi PKB, dia juga sempat jadi Ketua Komisi II DPRD Padang Pariaman. Dan pemilu 2024, kembali mengantarkan Afredison untuk anggota dewan di daerahnya, tentunya untuk periode kedua.
Bahkan, PKB jadi melambung, masuk partai tiga besar di Padang Pariaman, lewat 25 ribu lebih suaranya di Pemilu 14 Februari yang lalu.
Nama Afredison digadang-gadang sebagai Wakil Ketua DPRD Padang Pariaman. Sebab, 40 anggota DPRD daerah ini, tiga orang pimpinannya. Satu Ketua dan dua Wakil Ketua.
Ketua dewan dari PAN, dua Wakil Ketua dari Gerindra dan PKB. Sebagai Ketua PKB, Afredison pun menduduki jabatan pimpinan dewan ini yang akan dilantik Agustus mendatang. (***)